Kamis hari ini adalah hari libur nasional bertepatan dengan hari nyepi orang hindu. Rencananya saya akan memberesi pekerjaan rumah saya yang sudah menumpuk. Perabotan dapur yang kotor, baju kotor, baju yang belum digosok, dan rumah yang agak berantakan menunggu tangan saya. Kami memang sengaja tidak mempergunakan jasa pembantu rumah tangga. Hal ini memang kemauan saya, disamping untuk menghemat pengeluaran juga untuk melatih anak-anak hidup mandiri dan prihatin. Untuk saya sendiri, seorang ibu dari anak-anak, sebagai latihan mengelola waktu dan mengelola pekerjaan, mengelola hidup. Latihan yang sudah agak terlambat. Tetapi saya pikir lebih baik terlambat dari pada tidak. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah rencananya saya akan menyelesaikan pekerjaan saya mengoreksi jawaban ulangan tengah semester, mempersiapkan bahan ajaran untuk hari Jum'at dan mulai mempersiapkan ujian praktek.
Kenyataannya, sampai malam ini saya baru bisa menyelesaikan pekerjaan mencuci baju dan menjemurnya, baju yang belum tergosok dan rumah yang masih agak berantakan belum tersentuh sama sekali. Pagi tadi sampai sekitar jam sebelas saya membaca dan menulis setelah menyiapkan baju sekolah dan sarapan pagi untuk anak. Inilah kejelekan saya, tidak mau membuat prioritas pekerjaan, mana yang harus lebih dulu dikerjakan dan mana yang paling penting untuk dikerjakan saat ini. Saya mengerjakan pekerjaan yang saya senangi, bukan yang saya harus kerjakan saat ini, ini berarti saya memperturutkan nafsu saya.
Setelah mencuci perabotan dapur dan merapikannya dan memasak nasi, saya mencuci baju sampai tiba shalat zhuhur. Usai shalat zhuhur saya menjemur baju, ada dua ember lebih baju cucian, tetapi karena sudah saya pilah-pilah antara baju besar, baju kecil, pakaian dalam dan kaos kaki maka proses menjemurnya tidak memakan waktu yang lama. Ditambah lagi dengan dibantu Kamila, anak bungsuku sekarang yang juga lagi libur sekolah, pekerjaan menjemur terasa lebih ringan. Selesai menjemur kami berdua makan siang bersama. Karena kebetulan suamiku lagi puasa dan Safana, anak ketiga belum pulang sekolah. Selesai makan saya berbincang-bincang dengan suami dan membuka-buka internet, sementara Kamila sambil bermain menunggu kakak Safananya pulang sekolah. Saya lupa lagi terhadap pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
Selesai shalat Ashar, karena merasa capai dan kantuk sekali, saya istirahat di kamar dan tiduran sebentar. Menemani anak menonton televisi. Waktu sudah mau maghrib. Saya membuatkan air teh panas untuk suami berbuka puasa. Selesai shalat maghrib dan tilawah Alqur'an, saya dan anak-anak makan. Usai makan saya menemani Safana belajar sebentar, Kamila juga ikut bergabung sampai tiba shalat Isya'. Anak-anak ikut suami ke mushalla, untuk shalat berjamaah. Saya kembali ke depan layar komputer sampai suami dan anak-anak pulang dari Mushalla. Setelah memasukkan jemuran pakaian ke ruang belakang agar tidak kehujanan dan shalat Isya', Safana minta diajari sebentar cara menyelesaikan tugas matematika, kembali saya membaca buku yang baru saya beli sambil memperbincangkan sebagian isi buku dengan suami. Kamila mendekat ke kami dan minta ditemani tidur. Dia bilang, "Setelah shalat Isya', kitakan harus tidur." Saya temani Kamila sampai tertidur, tetapi saya belum bisa tidur nyenyak, karena banyak tugas belum terselesaikan, sementara waktu sudah malam. Akhirnya saya bangun. Saya merenung. Mengapa banyak pekerjaan saya yang terbengkalai, pekerjaan saya yang utama sebagai ibu rumah tangga maupun pekerjaan saya sebagai pendidik?.
Mengelola waktu! Kedisiplinan. Itu yang belum saya lakukan dengan saksama. Saya ingat beberapa buku yang telah saya baca tentang mengelola waktu, tetapi jarang sekali saya praktekan. Saya sering sekali menunda-nunda pekerjaan, bersantai-santai, akhirnya pekerjaan jadi menumpuk. Dan suami, anak-anak saya rugikan dan sebenarnya saya sendirilah yang paling rugi.Kalau begitu saya harus berlatih sungguh-sunguh. Ya saya harus berlatih sungguh-sungguh mengelola waktu, mengelola hidup. Saya jadi ingat firman Allah dalam Alqur'an, surah Al Insyirah ayat 6, "Faidzaa faraghta fanshab,"yang artinya "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain."
Kenyataannya, sampai malam ini saya baru bisa menyelesaikan pekerjaan mencuci baju dan menjemurnya, baju yang belum tergosok dan rumah yang masih agak berantakan belum tersentuh sama sekali. Pagi tadi sampai sekitar jam sebelas saya membaca dan menulis setelah menyiapkan baju sekolah dan sarapan pagi untuk anak. Inilah kejelekan saya, tidak mau membuat prioritas pekerjaan, mana yang harus lebih dulu dikerjakan dan mana yang paling penting untuk dikerjakan saat ini. Saya mengerjakan pekerjaan yang saya senangi, bukan yang saya harus kerjakan saat ini, ini berarti saya memperturutkan nafsu saya.
Setelah mencuci perabotan dapur dan merapikannya dan memasak nasi, saya mencuci baju sampai tiba shalat zhuhur. Usai shalat zhuhur saya menjemur baju, ada dua ember lebih baju cucian, tetapi karena sudah saya pilah-pilah antara baju besar, baju kecil, pakaian dalam dan kaos kaki maka proses menjemurnya tidak memakan waktu yang lama. Ditambah lagi dengan dibantu Kamila, anak bungsuku sekarang yang juga lagi libur sekolah, pekerjaan menjemur terasa lebih ringan. Selesai menjemur kami berdua makan siang bersama. Karena kebetulan suamiku lagi puasa dan Safana, anak ketiga belum pulang sekolah. Selesai makan saya berbincang-bincang dengan suami dan membuka-buka internet, sementara Kamila sambil bermain menunggu kakak Safananya pulang sekolah. Saya lupa lagi terhadap pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
Selesai shalat Ashar, karena merasa capai dan kantuk sekali, saya istirahat di kamar dan tiduran sebentar. Menemani anak menonton televisi. Waktu sudah mau maghrib. Saya membuatkan air teh panas untuk suami berbuka puasa. Selesai shalat maghrib dan tilawah Alqur'an, saya dan anak-anak makan. Usai makan saya menemani Safana belajar sebentar, Kamila juga ikut bergabung sampai tiba shalat Isya'. Anak-anak ikut suami ke mushalla, untuk shalat berjamaah. Saya kembali ke depan layar komputer sampai suami dan anak-anak pulang dari Mushalla. Setelah memasukkan jemuran pakaian ke ruang belakang agar tidak kehujanan dan shalat Isya', Safana minta diajari sebentar cara menyelesaikan tugas matematika, kembali saya membaca buku yang baru saya beli sambil memperbincangkan sebagian isi buku dengan suami. Kamila mendekat ke kami dan minta ditemani tidur. Dia bilang, "Setelah shalat Isya', kitakan harus tidur." Saya temani Kamila sampai tertidur, tetapi saya belum bisa tidur nyenyak, karena banyak tugas belum terselesaikan, sementara waktu sudah malam. Akhirnya saya bangun. Saya merenung. Mengapa banyak pekerjaan saya yang terbengkalai, pekerjaan saya yang utama sebagai ibu rumah tangga maupun pekerjaan saya sebagai pendidik?.
Mengelola waktu! Kedisiplinan. Itu yang belum saya lakukan dengan saksama. Saya ingat beberapa buku yang telah saya baca tentang mengelola waktu, tetapi jarang sekali saya praktekan. Saya sering sekali menunda-nunda pekerjaan, bersantai-santai, akhirnya pekerjaan jadi menumpuk. Dan suami, anak-anak saya rugikan dan sebenarnya saya sendirilah yang paling rugi.Kalau begitu saya harus berlatih sungguh-sunguh. Ya saya harus berlatih sungguh-sungguh mengelola waktu, mengelola hidup. Saya jadi ingat firman Allah dalam Alqur'an, surah Al Insyirah ayat 6, "Faidzaa faraghta fanshab,"yang artinya "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar