Fin salah seorang murid saya sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Sudah beberapa kali saya titip pesan untuk Fin, lewat saudara sepupunya Gita, yang kebetulan di kelas saya juga, agar Fin datang ke sekolah. Menurut informasi dari Gita, Fin sebenarnya masih ingin sekali sekolah tapi karena faktor ekonomi keluarga Fin harus kerja. Setelah meminta saran dari teman guru dan staf yayasan saya putuskan untuk berkunjung ke rumah Fin.
Sambil menunggu angkutan yang menuju rumah Fin, saya berbincang-bincang dengan ibu pemilik warung di depan sekolah. Saya bercerita kalau mau berkunjung ke rumah salah seorang anak yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah karena harus bekerja, padahal menurut informasi dari saudaranya anak tersebut masih ingin sekolah. Medengar itu, ibu pemilik warung langsung cerita, bahwa dulu anaknya ingin sekali sekolah kebidanan. Karena kesulitan biaya, ibu tersebut menyarankan untuk mengambil jurusan lain yang lebih terjangkau biayanya. Anaknya tetap pada pendiriannya dan mencari sekolah sendiri. Akhirnya si ibu menjual sapi yang baru melahirkan untuk biaya sekolah anaknya, si ibu harus rela menyusui anak sapi yang baru lahir dengan susu kaleng. Dan sekarang si anak sudah berhasil menjadi bidan sesuai dengan cita-citanya dan mungkin mampu membelikan sapi lebih dari satu untuk si ibu.
Turun dari angkutan, ternyata saya harus berjalan kaki lumayan jauh untuk sampai ke rumah Fin. Alhamdulillah, walaupun jalannya dari tanah tetapi tidak becek. Setelah bertanya pada orang yang ke empat, barulah saya menemukan rumah Fin. Orang ke empat ini ternyata ibu kandung Fi. Dengan ramah dia mempersilahkan saya masuk rumah. Di rumah Fin saat itu hanya ada ibu Fin dan dua adiknya yang masih kecil dan satu keponakannya yang masih berusia 10 bulan, Fin tidak ada. Nampaknya, ibu Fin masih ingat saya karena pernah bertemu waktu pengambilan raport di sekolah. Di awali dengan basa-basi sekedarnya, saya bertanya tentang kabar Fin sekarang, mengapa lama tidak masuk sekolah. Ibu Fin dengan agak sedih menceritakan kondisi keluarganya, juga menceritakan betapa sedihnya harus menyuruh Fin bekerja dulu. Setelah mendengarkan cerita ibu Fin, saya menyampaikan saran-saran hasil diskusi saya dengan teman-teman guru di sekolah dan juga tawaran bantuan dari pihak yayasan yang berupa dispensasi dan keringanan biaya sekolah agar Fin dapat meneruskan sekolah sekaligus masih dapat bekerja membantu ekonomi keluarga.
Ibu Fin berjanji akan menyampaikan semua saran kepada Fin dan berterima kasih kepada guru-guru dan yayasan yang telah memberi perhatian kepada Fin. Ibu Fin mengantar saya pulang sampai tempat pemberhentian angkutan yang lumayan jauh dengan berjalan kaki. Hati saya lega bisa berkunjung ke rumah Fin. Semoga Fin dan keluarganya mau menerima saran-saran guru dan yayasan. Semoga Fin bisa sekolah lagi. Amiin.
Sambil menunggu angkutan yang menuju rumah Fin, saya berbincang-bincang dengan ibu pemilik warung di depan sekolah. Saya bercerita kalau mau berkunjung ke rumah salah seorang anak yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah karena harus bekerja, padahal menurut informasi dari saudaranya anak tersebut masih ingin sekolah. Medengar itu, ibu pemilik warung langsung cerita, bahwa dulu anaknya ingin sekali sekolah kebidanan. Karena kesulitan biaya, ibu tersebut menyarankan untuk mengambil jurusan lain yang lebih terjangkau biayanya. Anaknya tetap pada pendiriannya dan mencari sekolah sendiri. Akhirnya si ibu menjual sapi yang baru melahirkan untuk biaya sekolah anaknya, si ibu harus rela menyusui anak sapi yang baru lahir dengan susu kaleng. Dan sekarang si anak sudah berhasil menjadi bidan sesuai dengan cita-citanya dan mungkin mampu membelikan sapi lebih dari satu untuk si ibu.
Turun dari angkutan, ternyata saya harus berjalan kaki lumayan jauh untuk sampai ke rumah Fin. Alhamdulillah, walaupun jalannya dari tanah tetapi tidak becek. Setelah bertanya pada orang yang ke empat, barulah saya menemukan rumah Fin. Orang ke empat ini ternyata ibu kandung Fi. Dengan ramah dia mempersilahkan saya masuk rumah. Di rumah Fin saat itu hanya ada ibu Fin dan dua adiknya yang masih kecil dan satu keponakannya yang masih berusia 10 bulan, Fin tidak ada. Nampaknya, ibu Fin masih ingat saya karena pernah bertemu waktu pengambilan raport di sekolah. Di awali dengan basa-basi sekedarnya, saya bertanya tentang kabar Fin sekarang, mengapa lama tidak masuk sekolah. Ibu Fin dengan agak sedih menceritakan kondisi keluarganya, juga menceritakan betapa sedihnya harus menyuruh Fin bekerja dulu. Setelah mendengarkan cerita ibu Fin, saya menyampaikan saran-saran hasil diskusi saya dengan teman-teman guru di sekolah dan juga tawaran bantuan dari pihak yayasan yang berupa dispensasi dan keringanan biaya sekolah agar Fin dapat meneruskan sekolah sekaligus masih dapat bekerja membantu ekonomi keluarga.
Ibu Fin berjanji akan menyampaikan semua saran kepada Fin dan berterima kasih kepada guru-guru dan yayasan yang telah memberi perhatian kepada Fin. Ibu Fin mengantar saya pulang sampai tempat pemberhentian angkutan yang lumayan jauh dengan berjalan kaki. Hati saya lega bisa berkunjung ke rumah Fin. Semoga Fin dan keluarganya mau menerima saran-saran guru dan yayasan. Semoga Fin bisa sekolah lagi. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar