Awal bulan Desember 2008, putri ke empat saya Kamila ingin sekali ikut saya pergi ke acara arisan ibu-ibu di lingkungan RT. Pada awalnya saya tidak memperbolehkan karena biasanya kalau adiknya ikut pergi, kakaknya, yaitu putri ketiga saya, Safa, ingin ikut juga, dan terus terang saya sungkan dengan ibu-ibu yang lain terutama tuan rumah karena berarti harus memberi konsumsi lebih kepada saya. Tetapi akhirnya saya ijinkan Kamila ikut karena Safa ternyata lebih senang di rumah dengan ayahnya.
Kamila ikut pergi arisan dengan bergaya seperti ibu-ibu, membawa tas kecil saya di pundaknya.Di tempat arisanpun dia duduk manis seperti ibu-ibu. Ibu-ibu tersenyum melihatnya. Acara arisan dibuka dengan doa, ditentukan yang dapat arisan sekaligus yang menjadi tuan rumah arisan bulan Januari 2009. Acara ditutup dengan makan bersama, dan kamipun segera pulang karena waktu sudah mendekati waktu sholat maghrib.
Sampai di rumah Kamila bercerita kepada kakaknya tentang caranya arisan menurut pemahamannya dengan susunan kata-kata yang masih lucu sesuai dengan usianya. Dari ada ibu yang memegang gelas yang ditutupi plastik yang diikat karet, terus gelas dikocok-kocok sehingga keluar potongan sedotan yang di dalamnya ada gulungan kertas, lalu ada ibu lain yang membaca tulisan nama yang ada di gulungan kertas itu. Mendengar cerita Kamila kepada Safa, saya jadi tersadar bahwa saya telah salah sangka dengannya. Saya menyangka Kamila ingin ikut arisan karena ingin mencicipi suguhan kue, ternyata salah, dia ingin ikut karena dia ingin sekali tahu tentang arisan secara langsung. Kamila anakku, maafkan mama
Kamila ikut pergi arisan dengan bergaya seperti ibu-ibu, membawa tas kecil saya di pundaknya.Di tempat arisanpun dia duduk manis seperti ibu-ibu. Ibu-ibu tersenyum melihatnya. Acara arisan dibuka dengan doa, ditentukan yang dapat arisan sekaligus yang menjadi tuan rumah arisan bulan Januari 2009. Acara ditutup dengan makan bersama, dan kamipun segera pulang karena waktu sudah mendekati waktu sholat maghrib.
Sampai di rumah Kamila bercerita kepada kakaknya tentang caranya arisan menurut pemahamannya dengan susunan kata-kata yang masih lucu sesuai dengan usianya. Dari ada ibu yang memegang gelas yang ditutupi plastik yang diikat karet, terus gelas dikocok-kocok sehingga keluar potongan sedotan yang di dalamnya ada gulungan kertas, lalu ada ibu lain yang membaca tulisan nama yang ada di gulungan kertas itu. Mendengar cerita Kamila kepada Safa, saya jadi tersadar bahwa saya telah salah sangka dengannya. Saya menyangka Kamila ingin ikut arisan karena ingin mencicipi suguhan kue, ternyata salah, dia ingin ikut karena dia ingin sekali tahu tentang arisan secara langsung. Kamila anakku, maafkan mama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar