MER-C

21 Februari 2009

Pelajaran di Sore Hari

Hari Jum'at ini aku harus mengajar sampai jam 14.20. Begitu bel berbunyi aku langsung membereskan buku-buku di meja, karena ingin segera bertemu dua putri kecilku di rumah. Setelah mengucap salam kepada murid-muridku, aku segera melangkah keluar kelas untuk pulang. Astaghfirullah, lupa tidak bersalaman dengan murid-murid. Teringat aku sebuah hadist yang pernah aku baca dari kitab Riadhus shalihin , " Al-Barra" r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Tiada dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan diampunkan dosa keduanya sebelum berpisah." (HR: Abu Dawud). Kubalikkan langkahku ke meja murid-murid perempuanku untuk bersalaman. Beberapa murid berpesan kepadaku agar hati-hati di jalan. Yang membuatku bahagia mereka melepasku dengan senyuman. Ketergesa-gesaan hampir melalaikan aku berbuat satu kebaikan. Kalau ibu guru sering tergesa-gesa bagaimana nanti dengan murid - muridnya.

Seperti biasa saya pulang dengan naik mobil angkutan kota. Setelah melewati rel mobil angkutan berhenti menunggu penumpang lagi. Ada beberapa penumpang yang naik. Mobil mau jalan lagi, tetapi kesulitan. Mengapa?Dari arah berlawanan banyak pengendara sepeda motor memenuhi jalan mendahului mobil yang sedang berhenti menunggu pintu jalan kereta api dibuka. Mereka seperti berebutan ingin paling depan. Bahkan ada pengendara sepeda motor yang sampai berjalan di tempat pejalan kaki samping kiri mobil angkutan yang saya tumpangi. Secara tak sengaja saya melihat beberapa pengendara sepeda motor. Terkejut saya dibuatnya. Ternyata banyak juga bapak-bapak yang sudah berumur diantara mereka. Selama ini saya berpikir bahwa yang tidak mau tertib berlalu lintas adalah anak-anak muda atau bapak-bapak yang masih muda. Terjawab sudah salah satu sebab sulitnya menertibkan anak-anak. Jika orangtua dan bapak ibu guru tidak tertib, bagaimana mau menertibkan anak-anak dengan mudah. Kata peribahasa "Guru kencing berdiri, murid kencing berjalan.

Selesai shalat maghrib dan membaca Al Qur'an, aku mencuci beberapa piring kotor. Anakku Mila dan Safa sedang makan. " Mama , Mila makannya tidak sampai habis, pedas sekali sih," kata Mila. Aku lalu duduk di depannya untuk menyuapi, biasanya Mila bilang begitu kalau minta disuapi. Sebelum mulai menyuapi aku cicipi dulu lauknya, ternyata memang terlalu pedas untuk Mila. Bumbu aku pisahkan dari lauknya, nasi yang tercampur bumbu dan kuah aku pinggirkan. Lalu aku mulai menyuapi. Satu suap, dua suap, tiga suap. Mila kesulitan mengunyah, mulutnya kepenuhan. Aku kurang sabar menunggu Mila menyelesaikan mengunyah setiap suapan dan menelannya. Astaghfirullah. Untuk hal yang kecilpun aku sering tidak sabar. Malu jadinya. Padahal aku sering menuntut anak-anak untuk sabar.

Tiga pelajaran yang aku dapatkan sore ini. Tiga pelajaran yang menyuruhku untuk memperbaiki diri sebelum ingin memperbaiki orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Math of The Day


Widgets and Templates

Bermain Sudoku.... Siapa Takut..?

Belanja...? Klik saja...