MER-C

14 Februari 2009

Banjir

Baru saja saya membaca koran Republika edisi kemarin , Jum'at 13 Januari 2009 di kolom resonansi Zaim Uchrowi menulis dengan judul Luar Biasa : Banjir. Ringkasan tulisannya menurut pemahaman saya adalah :
"Bagi sebagian kita banjir mungkin hal biasa karena di waktu-waktu tertentu setiap tahun, kebanjiran menjadi hal keseharian. Padahal banjir adalah penanda lingkungan yang rusak. Banjir penanda lingkungan yang kurang tertata. Ia penanda pembangunan lingkungan dan kependudukan tidak secara holistik atau menyeluruh.
Membangun lingkungan dan kependudukan secara menyeluruh adalah untuk kepentingan kita juga. Tugas menjaga dan memelihara lingkungan buat kemaslahatan bersama adalah amanah Allah SWT pada kita sebagai khalifah- Nya di muka bumi. Maka sebagai bangsa yang bermartabat, kita harus menjadikan era baru Indonesia haruslah era dimana seluruh pemimpin dan kekuatan masyarakat memposisikan tinggi masalah lingkungan, menganggap banjir sebagai hal yang luar biasa , hingga bersungguh-sungguh mencegahnya."

Selama hampir lima belas tahun tinggal di Perumahan Bumi Lestari setiap tahun di musim hujan jalan di depan rumah saya selalu terendam air kadang-kadang sampai selutut orang dewasa. Karena setiap tahun melihat dan merasakan jalan yang terendam ini saya dan keluarga dan mungkin sebagian besar tetangga merasakan hal yang biasa. Dan saya merasa malu setelah membaca resonansi dari Zaim Uchrowi. Saya juga jadi teringat pertanyaan teman mengajar yang sering melihat jalan-jalan di perumahan saya tergenang air di musim hujan ' Bu apakah tidak ada pertemuan warga menjelang musim hujan untuk mengantisipasi banjir yang datang setiap tahun?Waktu itu saya jawab dengan gelengan kepala'.

Jalan di depan rumah saya setiap hujan mendapat limpahan air dari jalan diatasnya (jalan atas)yang mendapat aliran air dari perkampungan sepanjang jalan atas itu. Jalan atas itu kondisinya rusak parah, padahal menjadi urat nadi perekonomian sebagian besar warga Tambun. Jalan atas menghubungkan banyak perumahan dan perkampungan dengan kota Tambun. Karena terlalu parah rusaknya beberapa pengendara sepeda motor pernah terjatuh (termasuk teman mengajar saya) dan beberapa mobil terperosok di tepi jalan ada yang hampir mau jatuh ke jalan perumahan karena sebagian besar turap jalan longsor dan di beberapa tempat jalan juga ikut longsor ke bawah. Saluran air yang memisahkan jalan atas dengan kampung (saluran penampung aliran air dari kampung) sebagian besar tertimbun, rusak dan tidak berfungsi, sehingga air dari kampung mengalir dengan derasnya menyeberangi jalanan atas sekaligus menggerusnya dan terjun ke bawah seperti air terjun menuju keperumahan. Hal ini mengakibatkan turap jalan atas yang kualitas pembangunannya kurang hampir semuanya longsor ke bawah menimbun saluran air perumahan. Akibatnya aliran air dari atas dengan derasnya mengalir ke jalan perumahan dan sebagian warga yang lantai rumahnya belum ditinggikan ikut tergenang air. Di lingkungan perumahan sendiri saluran air banyak yang tidak terawat sehingga tidak berfungsi optimal. Dengan pengecoran sebagian besar jalan perumahan, pembangunan rumah yang tak menyisakan ruang terbuka hijau, tidak tersedianya lahan untuk resapan air maka terjadilah genangan air yang makin bertambah tinggi dan makin lama setiap musim hujan.

Jika setiap beberapa bulan sekali diadakan penggalian dan perbaikan selokan air secara gotong royong oleh warga perumahan, dibuat daerah resapan air pada lahan-lahan yang tidak termanfaatkan, misalnya dengan pembuatan situ-situ kecil yang dapat untuk memelihara ikan dan tempat rekreasi mini keluarga sehingga dapat menambah pemasukan kas RT atau RW sekaligus sebagai resapan air pengurang atau bahkan pencegah banjir, perbaikan jalan jangan dengan pengecoran tapi dengan konblog sehingga air di jalanan masih bisa meresap ke dalam tanah.

Untuk selokan dibawah jalan atas, selain digali lagi perlu di buatkan tanggul, sehingga air tidak semuanya kejalan perumahan. Tanggulnya ditanami bambu yang biasa di tanam di perumahan atau tanaman lain yang dapat memperkuat tanggul, memperindah lingkungan sekaligus penahan debu yang berterbangan dari jalan atas pada musim kemarau. Dana dari mana ? Ya semua warga tentunya harus ikut bergotongroyong. Jika hal- hal diatas dilaksanakan saya kira banjir di lingkungan Perumahan Bumi Lestari setiap musim hujan dapat dapat dikurangi atau bahkan dicegah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Math of The Day


Widgets and Templates

Bermain Sudoku.... Siapa Takut..?

Belanja...? Klik saja...