MER-C

15 Juli 2009

Hari Pertama Sekolah

Hari Senin ini, adalah hari pertama Kamila masuk sekolah di SD. Sejak Sabtu malam dia sudah siap-siap. Dia minta saya mempersiapkan segala peralatan sekolah yang harus dibawa hari Senin ini. Sambil belajar membaca, Mila memeriksa peralatan yang sudah saya siapkan bersamanya. Kemampuan membaca Mila sebenarnya belum begitu lancar, tetapi Mila sudah minta untuk dimasukkan di SD dan kebetulan SDIT-TIS dekat perumahan kami mau menerimanya, jadilah Mila tahun ini masuk sekolah di SD. Harapan kami ustadz dan ustadzahnya, begitu panggilan kepada pak guru dan bu guru di SDIT tempat Mila sekolah, bisa memahami dan membimbing Mila.

Dari malam Senin, Mila sudah tidak sabar menunggu hari pertama sekolahnya di SD. Dia tidak tidur-tidur, memikirkan hari pertama sekolahnya, sehingga ayahnya sampai berulang kali menyuruhnya agar cepat tidur. Alhamdulillah, Mbak Safa berhasil mengajak adik Mila tidur. Paginya, sewaktu dibangunkan Mbak Safa, Mila tidak mau bangun. "Mila mau bangun sendiri. Mila tidak mau dibangunin,"kata Mila. Dan setelah Mbak Safa pergi, Mila segera bangun sendiri. Ayahnyapun segera memandikannya, membantu mengenakan baju seragam dan kaos kaki yang sudah disiapkan Mbak Lia dan Mbak Nida. Sementara saya mempersiapkan sarapan untuk anak-anak. Wah Senin pagi ini menjadi pagi yang sibuk, indah dan menggembirakan bagi kami sekeluarga. Ternyata tidak hanya saya dan suami yang menantikan hari pertama Mila sekolah, tetapi juga kakak-kakaknya, Mbak Lia dan Mbak Nida yang masih libur, serta Mbak Safa, semua ingin melihat hari pertama adiknya sekolah di SD.

Sehabis Mila dan Safa makan pagi, saya dan suami mengantarkannya ke sekolah sekalian suami berangkat ke kantor. Senangnya kedua anakku ini, yang satu ingin segera melihat ustadz, ustadzah dan teman barunya, yang satu ingin segera mengetahui masuk ke kelas apakah tahun ini. Karena hari pertama masuk, saya antar Mila sampai ke ustadzahnya (Wali kelasnya), saya pasrahkan ke ustadzahnya, baru saya tinggal pulang untuk membereskan pekerjaan rumah. Saya berharap Mila tidak menangis atau rewel di sekolah. Tiga hari pertama, sekolah Mila sampai jam 11.00. Karena pekerjaan rumah yang hari Senin ini harus saya kerjakan agak banyak, saya agak terlambat menjemput Mila. Saya sudah kawatir Mila menangis atau ngambek, ternyata Alhamdulillah, Mila saya lihat dengan tenangnya menunggu saya duduk di depan kelasnya. Aku cium dan aku jabat tangannya dan aku tanyakan bagaimana sekolahnya. Mila menjawab dengan tersenyum. Setelah bertemu wali kelasnya (ustadzah Atik atau Miss Atik kata Mila) dan mengobrol sebentar, kami pamit pulang. Di sepanjang perjalanan Mila banyak cerita tentang teman-teman barunya, kelihatannya hari pertama sekolahnya ini menyenangkan hatinya. Itulah salah satu harapan kami, anak-anak kami merasa bahagia dan senang di sekolahnya.

12 Juli 2009

Memasak

Untuk membeli keperluan sekolah anak (buku tulis, pensil, ballpoint dan teman-temannya) pada tahun ajaran baru kali ini, aku dan suami ke toko grosir alat tulis di Jalan Kartini Bekasi, sesuai yang direkomendasikan teman mengajarku. Ternyata benar kata teman mengajarku, kami dapat harga lebih murah daripada harga di toko buku besar yang biasa kami kunjungi. Tetapi di toko grosir ini, hanya sedikit barang yang dapat dibeli secara satuan. Kami memutuskan untuk belanja di toko grosir ini agar dapat berhemat, karena memang alat tulis sekolah yang kami perlukan banyak yaitu untuk anak kedua, ketiga dan keempat ( anak kami pertama tahun ini sudah tamat madrasah aliyah, dan alhamdulillah karena kemurahan Allah atas ketekunan belajar dan ibadahnya juga atas kerja keras bapak ibu gurunya yang penuh keikhlasan, anak pertama kami dapat bea siswa penuh untuk belajar di universitas impiannya ).

Ternyata ada beberapa barang yang kami perlukan yang tidak ada di toko grosir ini, kami memutuskan untuk membelinya di mall dekat perumahan kami sekalian pulang, sekalian juga saya ingin sekali belanja keperluan dapur untuk dimasak. Mumpung anak-anak dan suami masih libur. Anak-anak dan suamiku senang sekali dengan masakan saya, itu bukan karena masakan saya enak sekali, tetapi karena saya jarang sekali memasak sendiri (suami dan anak-anakpun sudah maklum karena mamanya mantan anak kost). Nah kali ini saya ingin masak, lauk kesukaan anak-anak dan sayur kesukaan suami, yaitu bola-bola daging dan oseng jagung bayi.

Untuk bola-bola daging, saya membeli 4 ons daging sapi giling. Daging giling ini akan saya campur dengan separuh ulekan dari 10 siung bawang putih, 10 bawang merah, sedikit merica dan garam yang telah saya buat. Kemudian daging akan saya buat menjadi bola-bola kecil sebesar bakso (biasanya anak-anak senang untuk membantu membuat bola-bola daging ini) dan saya rebus dengan memasukkannya ke dalam air yang sudah mendidih. Bola-bola daging segera diangkat begitu sudah mengapung agar tidak terlalu masak. Selanjutnya akan saya tumis sisa ulekan bumbu, setelah tercium bau sedap bola-bola daging di masukkan, tambahkan sedikit gula merah dan kemudian air rebusan bola-bola daging tadi dituangkan. Tunggu sampai kuah tinggal sedikit. Matanglah sudah bola-bola daging kegemaran anakku.

Untuk sayur oseng jagung bayi (biasanya saya tambah kacang panjang), cara saya cukup gampang dan sederhana. Setelah jagung dan semua bumbu dicuci bersih, setiap jagung bayi dibelah jadi empat dan dipotong jadi dua. Kemudian irisan jagung dimasukkan dalam tumisan bawang putih yang di keprek, irisan cabe merah dan jahe yang sudah dikeprek serta irisan tomat. Diberi garam dan gula merah secukupnya. Setelah tercampur merata dan setengah matang, 1/2 gelas air sisa rebusan daging sapi yang masih panas dituangkan. Diaduk-aduk sebentar. Angkat. Matikan kompor. Jadi deh, sayur kegemaran suamiku.

Biasanya, anak-anak dan suami lahap sekali jika makan dengan kedua jenis masakan saya ini. Mereka akan memperlihatkan atau berkata kepada saya bahwa rasa masakan saya enak sekali, yang akan membuat saya tersenyum-senyum, karena saya tahu mereka ingin sekali menyenangkan hati saya. " Enak tenan", biasanya kata suami kalau makan dengan masakan saya.

10 Juli 2009

Manfaat Menulis

Hampir dua bulan aku tidak menulis di blogku. Entah karena terlalu banyak membaca berita seputar pilpres, tugas-tugas dari sekolah, urusan sekolah anak-anakku atau karena memang lagi malas menulis. Penyebab yang disebut terakhir inilah mungkin yang benar. Selama hampir dua bulan ini memang rasa-rasanya aku tidak bisa menuangkan kata-kata dalam halaman blogku. Rasanya sih ingin sekali menulis, tapi mau menulis apa tidak tahu. Buntu pikiranku untuk menuangkan kata-kata rasanya.

Pagi tadi aku melihat buku bacaan anak sulungku yang berjudul "Daripada Bete Nulis Aja", karya Caryn Mirriam Goldberg, Ph.D, yang dia dapat sebagai hadiah lomba menulis resensi buku di SMP nya dulu. Aku buka-buka dan aku baca sekilas beberapa halaman. Ada hal menarik yang aku dapatkan yaitu pada bab "Mengapa Menulis?",yang berisi ulasan tentang 12 manfaat menulis. Ini memberiku semangat untuk menulis lagi. Tadi aku mencoba menulis lagi. Oh ternyata aku bisa menyelesaikan tulisanku. Aku senang sekali. Aku berteriak kegirangan, sampai-sampai anakku Safa bertanya, "Ada apa sih Mama?". " Lihat Nak, Mama bisa menulis lagi", jawabku. "Oh , Safa kira ada apa, kok Mama teriak kegirangan". Aku tersenyum.

Dalam buku tersebut pada bab I yang berjudul "Mengapa menulis", dapat kita temukan dua belas manfaat dari menulis menurut penulis, yaitu :
1. Menulis membantu kita menemukan siapa diri kita
2. Menulis dapat membantu kita percaya diri dan meningkatkan kebanggaan
3. Saat menulis, kita mendengar pendapat unik kita sendiri
4. Menulis menunjukkan apa yang dapat kita berikan pada dunia
5. Dengan menulis, kita dapat mencari jawaban terhadappertanyaan dan menemukan                 pertanyaan baru untuk ditanyakan
6. Menulis meningkatkan kreativitas
7. Kita dapat berbagi dengan orang lain melalui kegitan menulis
8. Menulis memberi kita tempat untuk melampiaskan amarah/ketakutan, kesedihan dan perasaan menyakitkan lainnya.
9. Kita dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis
10. Menulis memberi kita kesenangan dan cara mengungkapkannya.
11. Menulis membuat kita lebih hidup
12. Kita dapat menemukan impian kita melalui menulis

Foto Pak JK Ceria dan Pak SBY Tersenyum

Ternyata foto Pak JK yang sedang tertawa ceria dan Pak SBY yang sedang tersenyum kalem di harian Republika pagi ini telah menularkan kebahagian sendiri di keluarga kami. Pak JK sedang berkomunikasi dengan Pak SBY lewat telepon. Pak JK memberi ucapan selamat kepada Pak SBY tulis berita itu. Di foto yang termuatpun terlihat keakraban dan kerukunan dari keduanya. Safa dan Mila, dua anak kami yang masih kecilpun ikut senang melihat foto itu.

Kemarin dua anak kami yang kecil-kecil ini agak sedih, karena capres dan cawapresnya ada yang kalah, mau mereka semua menang, sehingga tidak akan ada yang berselisih pikir mereka berdua (mungkin). Kata Safa kemarin, "Kasihan ya semua kan baik.Coba ketiga-tiganya jadi presiden, ya Ma". "Iya, ada presiden umum dan dua presiden, seperti ada ketua umum dan ada ketua-ketua, ya Dik ya", kata saya dan kedua anakku yang besar yang berpendapat bahwa ketiganya sama (si sulung memutuskan untuk tidak nyontreng, aku dan suamikupun menghargai dan memahaminya setelah mendengarkan alasannya). Saya menebak-nebak jalan pikiran kedua anak kecilku ini, mengapa terbersit perasaan kawatir. Mungkinkan kedua anak kecilku ini menyangka pilpres itu sama dengan kalau mereka membagi sepotong kue atau mainan, jika bagiannya tidak sama (ada yang banyak ada yang sedikit) terus mereka berselisih, sehingga mereka berpikir kalau ada yang menang dan ada yang kalah nanti pada berselisih. Dan pasti tidak enak suasananya kalau ada yang berselisih, seperti bagaimana tidak enaknya kalau mereka sedang berselisih walaupun akhirnya cepat rukun lagi dan bermain bersama lagi.

Akupun berpikir kalau foto yang dimuat Republika ditambah lagi dengan fotonya Bu Mega yang tersenyum keibuan, pasti kedua anak kecilku ini akan tambah senang apalagi di tambah dengan foto pak Wiranto, Pak Prabowo dan Pak Budiono dengan senyum-senyum khasnya. Mengapa aku jadi berpikir demikian? Karena Safa, anak ketigaku setelah melihat tidak ada foto Bu Mega di koran itu bertanya, "Bu Mega juga mengucapkan selamat, Ma?". "Belum Nak", jawabku.

Ternyata foto orang tersenyum dapat memberikan kebahagian tersendiri pada keluarga kami. Jadi ingat hadist Rasulullah saw yang termuat dalam kumpulan hadist-hadist dari sekolah kedua putri kecilku "Senyummu didepan saudaramu adalah sodaqoh".

Math of The Day


Widgets and Templates

Bermain Sudoku.... Siapa Takut..?

Belanja...? Klik saja...